Persediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sudah kembali
normal. Hal ini ditandai dengan berkurang antrean di beberapa titik
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Pekanbaru.
Namun begitu, hal ini tidak membuat Pertamina bebas dari sasaran demonstrasi mahasiswa.
Rabu (9/3) siang, sekitar empat puluhan mahasiswa Universitas Islam
Riau (UIR) melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DRPD) Riau. Para mahasiswa menuntut agar Pertamina
menuntaskan persoalaan kelangkaan BBM, tentang pencabutan subsidi, serta
politisasi dan pengalihan BBM.
Kedatangan mahasiswa disambut oleh Ketua Komisi B DPRD Riau HT Azuwir
dan General Manager (GM) Pertamina Regional 1 wilayah Sumbagut, Ghandi
Sriwidodo.
‘’Kami menuntut pihak-pihak terkait agar menuntaskan masalah
kelangkaan BBM. Kami menolak pengalihan dari premium ke pertamax,
menolak pencabutan subsidi BBM dan kami minta agar persoalan BBM ini
tidak dipolitisasi,’’ ujar Eko Fambudi, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) UIR pada saat aksi.
Pada kesempatan itu, Pertamina menjelaskan adanya kesalahan produksi
di Unit Pengolahan Dumai dan masalah transportasi seperti yang
dijelaskan dalam hearing dengan Komisi B DPRD Riau. Dan mewakili
Pertamina, General Manajer Pertamina Wilayah I Pemasaran Ritail Sumbagut
Gandhi Sriwidodo meminta maaf kepada seluruh rakyat Riau terhadap
kondisi yang terjadi saat ini.
‘’Kami mengakui ini kesalahan Pertamina, namun untuk
merealisasikannya (tuntutan, red) beri kami waktu dua sampai tiga hari
ke depan. Kami menjamin kejadian serupa tidak akan terulang,’’ terang
Ghandi didampingi HT Azuwir di depan mahasiswa.
Namun Gandhi juga mengharapkan dukungan semua pihak agar tenang dan
pihaknya menjamin melakukan distribusi sesuai kebutuhan masyarakat Riau.
‘’Atas peristiwa kelangkaan itu dengan ini kami mohon maaf. Kita
mengimbau agar masyarakat tidak panik, jangan terjadi panic buy yang
bisa merugikan kita semua, kami jamin stok premium terkendali dan aman
dan ini sudah dibuktikan dengan kondisi saat ini yang sudah normal meski
tetap harus dilakukan pemulihan,’’ ujarnya.
Ketua Komisi B DPRD Riau H Tengku Azuwir mengatakan soal tuntutan
mahasiswa agar kebijakan pencabutan subsidi premium dibatalkan bukanlah
kebijakan pemerintah provinsi melainkan kebijakan nasional mengingat
kondisi minyak dunia saat ini. ‘’Kita harus memahaminya, pencabutan
subsidi itu merupakan dampak dari harga minyak dunia, dan ini kebijakan
nasional,’’ jelasnya.
Sementara itu ketersediaan premium di SPBU kembali normal.
Berdasarkan pantauan Riau Pos sekitar pukul 10.30 WIB Selasa (9/3), SPBU
Arifin Ahamad dekat Pujasera dan di Persimpangan jalan Sudirman
antrean normal, hanya dua tiga kendaraan yang antre, baik roda dua
maupun roda empat.
Di SPBU HM Nazir yang terletak di Panam Ujung perbatasan Kota, hanya
terlihat tiga kendaraan roda dua yang antre, kendaraan roda empat hanya
ada dua. SPBU Jalan Garuda Sakti Panam Habis, namun Premium segera masuk
pada siangnya.
‘’Dari tadi pagi habisnya bang, pas buka pagi masih ada. Masuknya
siang nanti, paling sore sudah ada,’’ jawab Rike, Petugas SPBU Jalan
Garuda Sakti Simpang Baru Panam ketika ditanya wartawan.
Harga Premium di tingkat eceran juga sudah ikut normal. Pedagang
eceran di depan pintu masuk UIN Suska Riau hanya Rp6 ribu perliter, di
beberapa tempat eceran premium di Garuda Sakti juga mematok harga yang
sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Tanggapanmu Di Sini