MULTI PROFESI: Ombat, sang multi profesi, vokalis Band Tengkorak, pengacara muslim dan Presiden Direktur PT Sebelas April Lian Mipro saat di kantornya, Selasa (8/3/2011) |
Pengacara kasus terorisme dengan terpidana Muhammad Jibril, Ombat Nasution SH, memiliki kehidupan unik.
Selain jadi advokat, pria 38 tahun itu adalah pendiri sekaligus
vokalis Tengkorak, band aliran heavy metal yang mengangkat tema jihad
dan pesan Islam dalam karyanya.
Rumah toko (ruko) empat lantai itu terletak di kawasan Kreo, Ciledug,
Jakarta. Begitu masuk ke dalam, di lantai 1 ada berbagai benda promosi
produk yang terbuat dari tripleks.
Juga ada panggung knock down yang ditata rapi. Di lantai 2,
pemandangan terlihat berbeda dibanding lantai 1. Di lantai 2, suasananya
ruang kerja. Ada buku-buku ditata rapi di lemari khusus.
Ternyata, itulah ruang kerja utama Muhammad Hariadi Nasution atau
lebih dikenal Ombat Nasution, ketua Lembaga Bantuan Hukum Muslim
Indonesia (LBHMI).
Nama Ombat kerap disinggung pers karena dialah kuasa hukum terpidana
kasus terorisme Muhammad Jibril. Sehari-hari Ombat adalah pria
multiprofesi yang bertolak belakang. Selain jadi pengacara kasus
terorisme, Ombat merupakan pendiri band aliran grindcore pertama di
Indonesia, Tengkorak.
Pria kelahiran Jakarta, 11 April 1973, itu juga anggota aktif Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sekaligus direktur utama PT
Sebelas April Lian Mipro yang bergerak di bidang event organizer,
promotor, dan merchandise.
Ragam profesi itu dijalankan dari ruang kendali seluas sekitar 7 meter x 4 meter di lantai 2 ruko tersebut.
‘’Alhamdulilah, beragam profesi yang saya miliki ini saya cintai
semua. Jadi, nggak ada yang terbengkalai,’’ ujar pria berkepala plontos
itu, lantas tersenyum.
Di meja kerjanya, setumpuk dokumen bersanding dengan belasan CD band
Tengkorak yang terbentuk sejak 1993. Buku-buku bertema Islam berjajar
rapi dengan buku-buku hukum dan file kasus-kasus besar yang pernah dia
urus.
Termasuk, kasus terdakwa terorisme yang menjerat pemimpin media Arrahmah Network, Muhammad Jibril.
Klien Ombat itu akhirnya divonis lima tahun penjara oleh majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dia divonis bersalah karena
menyembunyikan informasi pelaku terorisme dan memalsukan paspornya.
Ombat dan kliennya telah menyatakan ketidakpuasan dan mengajukan
banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta. Kini, pihaknya menunggu vonis
banding tersebut. Jibril sebelumnya dituntut jaksa penuntut umum (JPU)
hukuman tujuh tahun penjara.
Diharap, dengan banding itu, hukuman Jibril bisa dikurangi dan bahkan
bebas murni. Lulusan S-2 hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta
itu kemudian membuka laptop di meja kerja. Setelah bicara soal hukum,
Ombat mengubah topik dan menunjukkan puluhan lagu gubahan band Tengkorak
yang telah beredar dalam empat album hit single dan belasan abum
kompilasi. Album single itu antara lain, Konsentrasi Massa (1999),
Darurat Sipil (2002), Civil Emergency (2005), dan Agenda Suram (2007).
Band Tengkorak kini memiliki lima personel, yakni Ombat (lead vocal),
Haryo Yoyok Radianto (gitar), Budi (bas), Ronie Yuska (drum), dan Samir
(gitar). Itulah band pertama yang mengusung aliran grindcore ke
Indonesia sejak berdiri 1993.
Bahkan, Tengkorak pernah mencatatkan diri dalam album kompilasi Its a
Proud to Vomit Him (1995) bersama musisi-musisi band underground dunia.
Album ini dirilis ulang di tujuh negara dan distribusinya sampai di 28
negara di seluruh dunia.
‘’Aliran ini kan bukan musik mainstream. Pasarnya, komunitas dan
peredarannya memang langka, terutama di Indonesia,’’ katanya. Yang
membuat Tengkorak beda dengan band-band heavy metal lain terletak pada
prinsip dan idealisme Islam dan anti-Zionis yang diusungnya. Meski
tampil urakan, soal prinsip, bagi Ombat dkk, nomor satu. Ketika azan
berkumandang, mereka menghentikan aktivitasnya dan salat dulu.
Bagi mereka, Islam tetap nomor satu dibanding apapun. Beda dengan
lirik lagu metal lain yang bertema anti Tuhan, memuja setan dan
kebebasan, lirik-lirik lagu Tengkorak bersumber dari sirah nabawi,
Alquran, dan hadis.
Menurut Ombat, itulah perjuangan anak band underground untuk berjihad dengan musik.
Anggota ICMI itu mengatakan, metamorfosis Tengkorak terjadi setelah
bertahun-tahun berkarya di musik underground yang identik dengan
perilaku kasar, arogan dan liar.
Dulu Tengkorak sama seperti band underground lain yang menggunakan
simbol metal tiga jari, yakni tanda jempol, telunjuk, dan jari
kelingking.
Ternyata, simbol itu merujuk pada simbol setan dengan dua tanduknya
dan anti-Tuhan. Kini, Tengkorak menggagas tren baru, yakni mengganti
salam metal dengan salam satu jari.
Gerakan dengan menunjukkan jari telunjuk ke arah langit itu telah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan diikuti jutaan pencinta musik
metal di Asia Tenggara dan Timur Tengah. ‘’Itu berarti tauhid, yakni
percaya pada satu Tuhan: Allah,’’ ujarnya. Awal metamorfosis itu terjadi
sekitar sepuluh tahun silam.
Ketika itu, Ombat dan rekan-rekannya dapat hidayah dan sadar karya
musik mereka adalah konspirasi Barat merusak generasi muda. Sejak itu,
band yang memiliki ratusan ribu fans fanatik di Asia Tenggara ini
memutuskan membawa aliran musik tauhid. Walau tetap melahirkan musik
bertempo cepat dan keras, lirik-lirik yang diusung kini bertema jihad
dan anti-Israel. ‘’Kami memiliki pesan dalam musik kami, yakni anti
pemurtadan oleh Israel dan AS,’’ tegasnya.
Ombat yakini, untuk menghancurkan negeri-negeri muslim, khususnya
Indonesia, negeri Zionis dan AS tak perlu menyerang fisik. Tapi, mereka
menjejali pemuda dengan obat-obat terlarang, minuman keras, film porno,
media gosip, termasuk aliran musik underground yang mendewakan simbol
setan dan anti-Tuhan.
Tak sedikit para fanatik musik underground yang benar-benar menyembah
logo-logo setan, dajjal, dan simbol okultisme atau aliran ilmu sihir
yang berasal dari Yahudi.
Ombat sadar, musik bisa dijadikan alat dan doktrin untuk pembodohan.
Itu sebabnya, Tengkorak memutuskan melawan pemurtadan dengan senjata
musik. Komunitas underground muslim tak hanya menjadikan musik sebagai
sarana, tapi juga membangun perspektif baru: bermusik, tapi punya
moralitas dan tetap religius.
‘’Bahkan, beberapa kali kami manggung dan menggalang dana untuk
Palestina,’’ ujar dia. JPNN pun menyaksikan rekaman video Tengkorak
ketika tampil di salah satu acara musik di Jakarta.
Ketika para personel naik ke atas panggung, teriakan Assalamualaikum
bersahut-sahutan dari ratusan penonton. Ombat yang memegang mike
langsung dengan lantang meneriakkan kalimat takbir yang dijawab dengan
lantang oleh lautan penonton yang terdiri atas para pemuda gondrong,
kumal, dan berpenampilan layaknya preman. Kesan angker yang melekat pada
para penikmat musik heavy metal seketika luntur.
Menurut Ombat, itu bukti Islam adalah agama universal dan diterima
semua kalangan. Bahkan, mantan pemuja setan pun bisa bertobat dan
memeluk Islam jika media dakwah yang disampaikan sesuai kehendak hati
mereka.
Wakil ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) Provinsi Banten itu
lantas menunjukkan salah satu lirik lagu Tengkorak dalam bahasa Inggris
yang berjudul ‘’Jihad’’. To whom it may concern, which testify to
Syahadat. Israel had declared a war by throwing words. Let’s fight in
the name of Allah, jihad fi sabilillah. (Bagi siapa yang merasa telah
bersaksi dan menyebut syahadat. Israel telah menyatakan perang dengan
menggunakan kata-kata (ideologi, red), mari berperang dengan atas nama
Allah. Mari berjihad di jalan Allah).
Ombat mengatakan, lirik lagu Jihad pernah jadi perhatian media-media
asing. Bahkan, lima kali ia diwawancarai media dari AS dan Jepang untuk
sekadar memastikan, Tengkorak terafilisasi terorisme atau tidak.
Ombat dengan tegas menyatakan bukan teroris, tapi ia anti-Zionis dan
anti pemurtadan oleh Yahudi. Tengkorak tak pernah takut melawan
konspirasi pemurtadan akidah Islam.
‘’Tapi, kami hanya mampu berjihad dengan musik. Karena itu, sampai kapanpun ini akan kami maksimalkan,’’ tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Tanggapanmu Di Sini