Tim Ekspedisi Bukitbarisan yang terdiri dari Kopassus dan Institut
Teknologi Bandung (ITB) menemukan jenis tanaman Begonia baru atau belum
diketahui nama latinnya. Tanaman tersebut ditemukan di kawasan Hutan
Bambu, Kelurahan Curup Jare, Kecamatan Pagaralam Utara, tepatnya berada
di aliran sungai Air Betung.
Hal ini disampaikan Tim Ahli dari ITB, Arif didampingi Andri, yang melakukan penelitian dengan pengambilan contoh tanaman yang ada. Jenis tanaman yang dimaksud masuk marga Begonia dengan tipe tanaman herba atau bukan jenis tanaman kayu.
”Belum diketahui persis langka atau tidak, hanya saja tanaman ini belum diketahui nama spesiesnya dan jarang ditemui. Setelah kita pelajari sementara dan informasi dari labor ITB belum ada sample tanamannya, kendati demikian masuk marga Begonia,” ujar Arif, kepada pers di Pagaralam, Kamis (10/03/2011).
Jenis tanaman ini lanjutnya hanya bisa ditemukan di tepian aliran sungai atau di tempat lembab dan tumbuh di antara bebatuan cadas. Dalam radius 1 kilometer di aliran sungai Air Betung hanya ditemui beberapa saja. Ciri tanaman ini, tinggi batangnya tidak lebih 1 meter, dengan bentuk daun cukup lebar.
Tanaman ini ditemukan dalam kondisi rusak di bagian daun karena dimakan serangga. Hal ini mungkin menjadi pemicu tanaman ini cukup sulit ditemukan karena sebelum muncul kuncupnya langsung dimakan serangga.
“Tiga hari eksplorasi ditemukan dua spesies jenis tanaman ini, satu dengan bentuk daun berbintik-bintik dan satunya lagi daunnya polos dengan warna agak kemerahan di bagian belakang permukaan daun,” terangnya.
Sample tanaman yang diambil sengaja bukan tanaman lokal. Di antaranya, anggrek tanah yang cukup unik yang tumbuhnya di atas tanah, ukuran kecil. Juga ditemukan dua jenis, satu berwarna merah dan satunya warna kehijau-hijauan. Selain flora, juga dicari sample beberapa jenis fauna. Di antaranya, beberapa jenis katak yang hidup di habitat alam Pagaralam, beberapa jenis ikan, udang, hingga burung yang hanya diambil dokumentasinya yang terekam oleh kamera.
“Sebagian sample flora (tanaman) telah dipacking sedikitnya ada 30 macam, yang nantinya akan kita kirim dan diteliti lebih lanjut, begitupun sample flora diawetkan menggunakan formalin dan alkohol,” kata Arif.
Hal ini disampaikan Tim Ahli dari ITB, Arif didampingi Andri, yang melakukan penelitian dengan pengambilan contoh tanaman yang ada. Jenis tanaman yang dimaksud masuk marga Begonia dengan tipe tanaman herba atau bukan jenis tanaman kayu.
”Belum diketahui persis langka atau tidak, hanya saja tanaman ini belum diketahui nama spesiesnya dan jarang ditemui. Setelah kita pelajari sementara dan informasi dari labor ITB belum ada sample tanamannya, kendati demikian masuk marga Begonia,” ujar Arif, kepada pers di Pagaralam, Kamis (10/03/2011).
Jenis tanaman ini lanjutnya hanya bisa ditemukan di tepian aliran sungai atau di tempat lembab dan tumbuh di antara bebatuan cadas. Dalam radius 1 kilometer di aliran sungai Air Betung hanya ditemui beberapa saja. Ciri tanaman ini, tinggi batangnya tidak lebih 1 meter, dengan bentuk daun cukup lebar.
Tanaman ini ditemukan dalam kondisi rusak di bagian daun karena dimakan serangga. Hal ini mungkin menjadi pemicu tanaman ini cukup sulit ditemukan karena sebelum muncul kuncupnya langsung dimakan serangga.
“Tiga hari eksplorasi ditemukan dua spesies jenis tanaman ini, satu dengan bentuk daun berbintik-bintik dan satunya lagi daunnya polos dengan warna agak kemerahan di bagian belakang permukaan daun,” terangnya.
Sample tanaman yang diambil sengaja bukan tanaman lokal. Di antaranya, anggrek tanah yang cukup unik yang tumbuhnya di atas tanah, ukuran kecil. Juga ditemukan dua jenis, satu berwarna merah dan satunya warna kehijau-hijauan. Selain flora, juga dicari sample beberapa jenis fauna. Di antaranya, beberapa jenis katak yang hidup di habitat alam Pagaralam, beberapa jenis ikan, udang, hingga burung yang hanya diambil dokumentasinya yang terekam oleh kamera.
“Sebagian sample flora (tanaman) telah dipacking sedikitnya ada 30 macam, yang nantinya akan kita kirim dan diteliti lebih lanjut, begitupun sample flora diawetkan menggunakan formalin dan alkohol,” kata Arif.
Sumber : www.Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Tanggapanmu Di Sini